Sabtu, 12 April 2014

Dharma Wacana Oleh : Eko Adhitya Pramana, S.Ag



1. Panganjali/ salam. “ Om Swastyastu”
2. Penghormatan kepada undangan ( Yth ……)
3. Doa mahon kebaikan :
" Om ano bhadrah kratavo yantu
visvatah ….., Tanme manah siva
samkalyam astu ". ( Rg Veda I. 89. 1 )
Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru ; Semoga pikiran kita diarahkan Tuhan kepada yang baik.

MAKNA HARI RAYA NYEPI 
DITINJAU DARI SUDUT FILSAFAT

Bagi umat Hindu pergantian tahun Caka selalu dimulai sesudah tilem kesanga (IX), sehingga Hari Raya Nyepi merupakan tahun baru. Mengapa pergantian tahun dimulai sesudah berakhirnya sasih ke IX ?, padahal satu tahun itu ada 12 bulan menurut perhitungan kalender. Disamping itu kalender Bali mengakui satu tahun itu ada 12 bulan yakni Kedasa, Jiyestha, Sadha, Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kenem, Kepitu, Kaulu, Kesanga. Mengapa tahun Caka itu dimulai dari kedasa?.Jawabannya karena dalam “matematika religius Hindu Bali” angka tertinggi atau terakhir adalah sembilan, dan sepuluh “dianggap” sama dengan nol, sehingga penutupan tahun Saka jatuh pada bulan atau Sasih Kesanga, dan Nyepi (hening) jatuh pada Sasih Kedasa (nol). Sehingga Nyepi berkaitan dengan konsep Hening – Nol.
Sedangkan angka sepuluh sebenarnya merupakan angka ulangan yang terdiri dari angka 1 dan 0 (angka sepuluh huruf Bali). Demikian juga angka sebelas merupakan angka ulangan 1 dan 1, begitu juga angka dua belas (12) dan sebagainya. Semuanya angka pengulangan kembali. Sedangkan angka sembilan dikatakan sebagai angka mistik (ajaib) karena satu-satunya angka kalau dikalikan angka bilangan kecuali angka nol atau pecahan, jumlahnya akan menunjukkan kelainan dari angka-angka yang lain. Sebab salah satu angka diantara angka satu sampai sembilan jika dikalikan dengan angka sembilan, hasil perkalian ini kemudian dijumlahkan pasti akan menghasilkan angka Sembilan misalnya
9 X 4 = 36 ( 3+6=9)
Kemudian angka Sembilan juga dihormati oleh Umat Hindu dalam hubungannya dengan Dewata Nawa Sanga yaitu Sembilan dewa yang menguasai sembilan penjuru mata angin yaitu Dewa Iswara (timur), Dewa Mahesora (tenggara), Dewa Brahma (selatan), Dewa Rudra (barat daya), Dewa Mahadewa (barat),Dewa Sangkara (barat laut), Dewa Wisnu (utara), Dewa Sambu( timur laut), Dewa Siwa (ditengah)
Disamping itu angka sembilan juga dihubungkan dengan jumlah lubang yang dimiliki oleh tubuh manusia yaitu 7 di kepala dan 2 ditubuh bagian bawah, sedangkan puser (pungsed tidak merupakan lubang). Karena itulah kita mengenal nama dwara (9 lubang ditubuh kita).
Dilihat dari awal perkembangannya Nyepi dan tahun baru Saka adalah dua momen  yang berbeda. Tahun baru Saka diadopsi dari India, sedangkan Nyepi adalah tradisi yang memang berkembang di Bali. Nyepi yang ada di Bali dahulu berkembang secara sporadis di beberapa desa di Bali. Ada Nyepi Desa, yang khusus berlaku di Desa tersebut, misalnya: Nyepi di desa Banyuning , desa Bukti (Buleleng). Ada Nyepi di Tanah Ampo, Datah, dan desa Manggis (Karangasem). Ada Nyepi di Desa Buahan (Gianyar). Ada Nyepi Subak, yang dimaksudkan untuk tidak melakukan aktivitas apapun yang berkaitan dengan pertanian pada suatu wilayah Subak. Ada Nyepi Segara, tidak melakukan aktivitas di Laut, seperti di Kusamba dan Nusa Penida. Konsep Nyepi tersebut bertujuan untuk memberikan jeda dari aktivitas manusia demi lingkungan dan alam yang lebih baik dan ada juga untuk antisipasi efek dari perubahan musim.
Kemudian jika dihubungkan sasih kesanga itu dengan letak matahari dan keadaan musim di Indonesia, merupakan paduan pengertian dan perhitungan yang sangat komplek. Mengapa demikian?, karena kesanga menurut perhitungan Bali akan jatuh pada bulan Maret perhitungan Masehi, dimana pada bulan ini kita khususnya di Indonesia akan melihat matahari tepat di tengah-tengah khatulistiwa untuk selanjutnya menuju atau bergerak ke lintang Utara. Umat Hindu mempercayai bahwa arah Utara itu adalah hulu (suci). Oleh sebab itu, pada saat-saat matahari ada dilintang Utara banyak dijumpai piodalan-piodalan. Didalam cerita Bhismaparwa dimana Bhagawan Bhisma setelah roboh di medan perang oleh Srikandi belum juga mau menghembuskan nafasnya yang terakhir karena menunggu sampai matahari berada di lintang Utara ( Utarayana ).
Dari duabelas (12) bulan yang di miliki uamat Hindu di Bali, membagikan atas dua bagian yaitu bulan kedasa sampai bulan kelima untuk Dewa, sedangkan mulai dari keenem sampai kesanga adalah bulan-bulan untuk bhuta, dimana bulan kedasa sampai bulan kelima matahari ada diambang utara, sedangkan dari bulan keenem sampai kesanga matahari berada dibagian selatan katulistiwa. Udara dialam ini makin lama semakin kotor, akibat ulah manusia dan makhluk-makhluk lainnya yang hidup didunia ini sehingga dunia ini menjadi kotor oleh racun-racun manusia dan makhluk lainnya. Maka dengan dimulainya pergantian tahun caka yang dimulai dari bulan kedasa seolah-olah kita menginjak alam baru dengan atmosfir yang bersih, tetapi bulan demi bulan udara alam semesta ini makin lama makin banyak dikotori,sehingga perlu diadakan pembersihan-pembersihan lagi berupa korban-korban ( Caru ) dimana arti caru itu adalah membersihkan atau mengharmoniskan.
banyak sekali menimbulkan pertanyaan, kenapa begitu? Kenapa tidak di bulan ke 12 seperti tahun masehi? Jawabannya adalah memang seperti itu hukumnya tahun saka itu. Namun ada juga maknanya; Sebab setiap sasih ke sanga disebutkan sasih panca roba (sasih kotor), jadi keadaan alam di saat sasih ini sangatlah kotor (sekala dan niskala), sebab sudah melalui 12 bulan perputaran dari ntahun saka yang terdahulu, sehingga tahun saka yang datang diawali dengan sasih kedasa ( kedas + a ), kedas (bhs Bali artinya bersih). Banyak lagi tafsir-tafsir tentang hal itu.

Hari sucI nyepi mempunyai makna : HNENG, HNING, ELING, AWAS. keempatnya ini semestinya dilaksana setiap nyepi ( juga di dalam kehidupan sehari-hari ), HNENG artinya; Tenang, HNING artinya jernih, ELING artinya sadar, dan AWAS artinya waspada. ke-empatnya ini dimulai dari pikiran. Sebab di dalam situasi seperti itu kita dapat memaknai hidup ini dengan tepat, dan memandang masa depan dengan jelas.
Serangkaian dengan hal itu, jangan lupa menanamkan di dalam diri kita masing-masing hal-hal sebagai berikut;

1. Bhakti terhadap Tuhan dg segala manifestasinya, serta terhadap leluhur.
2. Cinta terhadap sesama manusia tidak memandang Ras, Suku dan agama.
3. Kasih terhadap alam lingkungan.

Hneng, Hning, Eling dan Awas itu bisa mewujudkan karakter seperti itu, dan sebaliknya karakter seperti itu akan mengarahkan kita ke alam Hneng, Hning, Eling dan Awas. Oleh karena itulah hari suci umat hindu tidak berdiri sendiri, demikian pula hari suci nyepi ada rangkaiannya, sebelum dan sesudahnya.

Semua rangkaian ini bermakna antara lain;
1.        Mekiyis (melasti/makekobok), Melasti adalah Bahasa Kawi berasal dari kata “mala” = kotoran dan “asti” = abu/ lebur dengan demikian melasti artinya melebur kotoran. Makna utamanya adalah Rasa Bhakti terhadap Tuhan dg segala manifestasinya. Sehingga mekiyis depenisinya di dalam lontar Sundarigama, lontar Swamandala adalah;....

IDA BHATARA DALEM KAIRING DENING KAHYANGAN-KAHYANGAN, DANGKA-DANGKA, MWANG PANJAK SAGEREHAN ALELASTI KESEGARA, ANGANYUDIN MALANING BHUMI, ANGAMET TIRTHA AMERTA RI TENGAHING SEGARA DI PULO MANYETI......

Kalau kita semak secara dangkal dapat dimaknai upacara itu sebagai upacara timbal balik antara Bhakti dengan asih. Yaitu manusia Bhakti dan Tuhanpun akan asih. Ini artinya serasi dan selarasnya hubungan manusia dengan Tuhan.
 
Tujuan upacara Melasti dijelaskan dalam lontar Sanghyang Aji Swa-mandala sebagai berikut:
Anglukataken laraning jagat, paklesa letuhing bhuwana.
Artinya:
Melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan kepapaan dan kekotoran alam.

Lontar Sundarigama menambahkan bahwa tujuan Melasti adalah:
Amet sarining amerta kamandalu ring telenging sagara.
Artinya:
mengambil sari-sari air kehidupan (Amerta Ka-mandalu) di tengah-tengah samudra.

Jadi tujuan Melasti adalah untuk menghilangkan segala kekotoran diri dan alam serta mengambil sari-sari kehidupan di tengah Samudra. Samudra adalah lambang lautan kehidupan yang penuh gelombang suka-duka. Dalam gelombang samudra kehi-dupan itulah, kita mencari sari-sari kehidupan dunia.
Tujuan upacara Melasti dijelaskan dalam lontar Sanghyang Aji Swa-mandala sebagai berikut:
Anglukataken laraning jagat, paklesa letuhing bhuwana.
Artinya:
Melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan kepapaan dan kekotoran alam.

Lontar Sundarigama menambahkan bahwa tujuan Melasti adalah:
Amet sarining amerta kamandalu ring telenging sagara.
Artinya:
mengambil sari-sari air kehidupan (Amerta Ka-mandalu) di tengah-tengah samudra.

2.        Nyejer Sekembalinya dari melasti, pretima (niyasa Ida Bethara) di-stanakan di Pura. Di sini warga masyarakat mendapat kesempatan ngaturang ayaban serta mohon dianugerahi kesucian dan ketenteraman batin dalam menyambut Hari Raya Nyepi.

3.        Setelah itu ada upacara tawur, upacara ini tergolong upacara Bhuta Yadnya yaitu Menetralisir (nyomya), energi negatif dari alam menjadi energi positif yang dapat membantu manusia dan makhluk lainnya dapat hidup dengan bahagia. Ini ada makna yang terkandung keserasian hubungan manusia dengan alam, bila manusia tidak menaruh kasih kepada alam, maka alampun akan semakin mengganas terhadap manusia itu sendiri. Caru, dalam bahasa Jawa-Kuno (Kawi) artinya : korban (binatang), sedangkan 'Car' dalam bahasa Sanskrit artinya 'keseimbangan / keharmonisan'. Jika dirangkaikan, maka dapat diartikan : Caru adalah korban (binatang) untuk memohon keseimbangan dan keharmonisan.'Keseimbangan/keharmonisan' yang dimaksud adalah terwujudnya 'Trihita Karana' yakni keseimbangan dan keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan (parahyangan), sesama manusia (pawongan), dan dengan alam semesta (palemahan).
4.        NYEPI sipeng,,, CATUR BRATA PENYEPIAN. Untuk melak-sanakan Nyepi yang benar-benar spritual, yaitu dengan melakukan upawasa, mona, dhyana dan arcana.
Upawasa artinya dengan niat suci melakukan puasa, tidak makan dan minum selama 24 jam agar menjadi suci. Kata upawasa dalam Bahasa Sanskerta artinya kembali suci. Mona artinya berdiam diri, tidak bicara sama sekali selama 24 jam. Dhyana, yaitu melakukan pemusatan pikiran pada nama Tuhan untuk mencapai keheningan. Arcana, yaitu melakukan persembahyangan seperti biasa di tempat suci atau tempat pemujaan keluarga di rumah. Pelaksanaan Nyepi seperti itu tentunya harus dilaksana-kan dengan niat yang kuat, tulus ikhlas dan tidak didorong oleh ambisi-ambisi tertentu. Jangan sampai dipaksa atau ada perasaan terpaksa.

5.        Ngembak Geni.
Akhir rangkaian dari perayaan Nyepi adalah Ngembak Geni dimana umat hindu kembali melakukan kegiatan seperti biasa. Pada saat inilah umat hindu bersima krama , upaksama, saling kunjung mengunjungi, saling maaf memaafkan dengan mengadakan kegiatan Dharma Santi.
Tema perayaan Nyepi tahun ini adalah "Dengan Melaksanakan Dharma Negara, Kita Wujudkan Harmoni Nusantara"
" Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1936 "

Semoga Sanghyang Widhi Wasa selalu melindungi kita semua.
 untuk itu marilah kita persembahkan daun kehidupan dan bunga bhakti kita yang murni kepada Tuhan, bangsa dan negara, mari kita serahkan buah karya kita yang terbaik demi kejayaan bangsa, serta marilah kita persembahkan air mata kasih yang suci ke segenap penjuru agar rasa kesatuan dan persatuan kita makin kukuh, dan cita - cita menuju ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial dapat diwujudkan.
 

1 komentar:

  1. selain dari lontar sundari gama dan lontar Sanghyang Aji Swa-mandala adakah mengenai melsti di muat dalam weda ataukah bagawadgita?

    BalasHapus